iklan

Senin, 18 April 2011

Audition Everywhere

MENEMBUS AUDISI AKTING
Oleh M Ahmad Jalidu*


Mendengar kata “Audition” atau “Audisi” akan menyeret kita pada sebuah acara seleksi penjaringan bakat ataupun serangkaian seleksi band untuk sebuah pemanggungan atau acara TV. Itu benar, tapi mestinya kata itu juga merujuk pada proses seleksi aktor yang sementara ini di Indonesia lebih dikenal dengan istilah “casting”. Tidak masalah, tapi sejak paragraph ini, setiap kata “audisi” yang saya tulis, yang saya maksudkan adalah “casting”, serangkain uji kelayakan untuk memilih aktor bagi sebuah proyek film ataupun teater.
Di AS (meski saya hanya tau melalui internet), tampaknya di sana audisi adalah sebuah peristiwa yang sangat akrab terutama bagi para aktor dengan tingkat “kelarisan” menengah ke bawah. Agency-agency tumbuh subur (agency aktor, bukan agency modeling), dan pengumuman dibukanya sebuah audisi biasanya disampaikan ke berbagai agency dan lembaga-lembaga asosiasi aktor. Ratusan lembaga kursus akting pun menempatkan materi tips audisi dalam kurikulumnya.
Lain halnya di Indonesia, utamanya di Jogja, meski teater dan film Indie bisa dikatakan subur dengan sesekali datang pula proyek film nasional berlokasi di Jogja dan menyerap sebagian tenaga aktor dan perfilman Jogja, peristiwa audisi ini masih bisa dikatakan jarang. Kebanyakan film baik indie maupun film komersial lebih banyak menyederhanakan langkah dengan langsung menghubungi komunitas-komunitas berbasis akting seperti agency modeling, kelompok teater dan jaringan aktivitas budaya. Lebih banyak lagi proses audisi dilakukan nyaris tanpa prosedur khusus yaitu dengan melakukan perburuan langsung dan menghubungi person-person yang diincar atau melalui jaringan pertemanan dengan si creator atau penanggung jawab casting.